Minggu, 27 Mei 2012

MINGGU BIASA III: Mendapat Tugas Mulia (Oleh: Erick M. Sila)

Minggu, 22 Januari 2012 Bacaan I : Yun 3:1-5.10 Bacaan II : 1 Kor 7:29-31 Injil : Mrk 1:14-20 Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasi dalam Kristus, dalam mengelola suatu perusahaan, posisi yang cukup menentukan keberhasilan adalah manajemen personalia. Kepala bidang personalia sering menjadi titik keberhasilah atau kejatuhan usaha itu. Andaikata penerimaan pegawai tak dijalankan dengan benar, bukan tidak mungkin perusahaan itu goyah dan kedudukan si kepala personalia itu goncang. Yesus menyadari pentingnya memiliki rekan kerja yang baik. Namun kriteria yang menentukan di sini bukanlah kualitas intetelektual tetapi hati yang terbuka terhadap kehendak Allah. Maka orang-orang yang mendapat perhatian Yesus adalah Petrus dan teman-temannya (Andreas saudaranya, Yakobus anak Zebedeus dan saudaranya Yohanes) dari seputar danau Tiberias. Apakah yang diharapkan dari mereka? “Hati yang penuh cinta”. Ketika keempat murid itu dipanggil Yesus, mereka meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Para murid itu percaya bahwa panggilan Tuhan itu merupakan sesuatu yang sangat berharga melebihi permata. Kisah berikut ini kiranya berguna bagi kita semua, mari kita simak baik-baik! Adalah seorang rahib yang sedang melakukan perjalanan jauh. Di tengah jalan ia menemukan sebuah batu permata yang sangat berharga. Ia mengambil dan menyimpannya. Suatu hari ia berjumpa dengan seorang pengembara. Ketika mereka tengah duduk bersama untuk membagi bekal perjalanan, tampaklah batu permata itu oleh si pengembara. Pengembara meminta batu permata itu dan tanpa pikir panjang sang rahib memberikannya. Pengembara itu melanjutkan perjalanannya dengan penuh sukacita karena sangat mahal harganya. Namun pengembara itu menyimpan suatu pertanyaan dalam hatinya. Ketika bertemu kembali dengan sang rahib, ia mengembalikan batu itu. Ia bertanya “Tuan, tolong berikanlah kepada saya sesuatu yang jauh lebih berharga dari batu ini. Sesuatu yang memampukan tuan membagikan batu yang berharga ini kepada saya”. Manusia adalah makhluk mencari. Ada orang yang mencari harta dan yang lain mencari nama atau popularitas. Kita mencari apa saja yang membuat kita bahagia. Kristus pun mengajak kita untuk melakukan pencarian sebagaimana dilakukan para murid di danau Tiberias. Pencarian mereka akhirnya sampai pada titik yang paling tinggi dan mulia. Mereka berjumpa dengan Yesus dan Ia memilih mereka menjadi Allat Kerajaan Allah. Menerima kerajaan Allah (seperti yang dialami oleh para murid) berarti rela untuk mengubah diri secara utuh dan total. Cara hidup kita harus diselaraskan dengan tuntutan dan cara hidup Yesus sendiri (dari penjala ikan menjadi “penjala manusia”). Dengan demikian, nilai-nilai Kerajaan Allah menjadi nilai tertinggi dalam kehidupan sehari-hari. Perjuangan untuk mewujudkannya menjadi arah hidup yang tidak dapat digantikan oleh apa pun yang lain. Keadilan, cinta kasih, kejujuran, kedamaian dan lain-lain merupakan perwujudan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita. Nilai-nilai inilah yang dapat menciptakan kebahagiaan dan ketentraman hidup manusia. Tetapi dalam kenyataanya, justru nilai-nilai ini sulit ditemukan dalam dunia sekarang ini. Dalam situasi inilah terletak pentingnya panggilan hidup seorang Kristen untuk memperjuangkan kehadiran nilai-nilai Kerajaan Allah itu di lingkungan masing-masing. Apabila kita ingin mendapatkan sesuatu yang belum pernah kita dapatkan, maka kita harus melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakuakan! Demi sesuatu yang lebih tinggi nilainya. Janganlah takut, Tuhan Yesus bersama kita. Semoga…AMIN. •Refleksi: Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang mengabaikan tugas yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Kita selalu tergoda untuk mencari sesuatu di luar diri-Nya. Pengalaman semacam ini sering saya alami. Persoalan studi, karya, doa, dan sebagainya, terkadang membuat saya lupa akan tugas utama saya sebagai calon imam. Terkadang Keadilan, cinta kasih, kejujuran, kedamaian dan lain-lain merupakan perwujudan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita, jarang kita jumpai di lingkungan maupun komunitas kita. Namun sebagai calon imam saya sadar bahwa itu adalah tugas saya. Perwujudan Kerajaan allah itu pertama-tama harus dari diri saya sendiri. Saya harus terus mencari apa yang dikehendaki Allah dalam diri saya. Kristus pun mengajak kita untuk melakukan pencarian sebagaimana dilakukan para murid di danau Tiberias. Pencarian mereka akhirnya sampai pada titik yang paling tinggi dan mulia. Hal inilah yang memotifasi saya untuk terus berjuang menempuh panggilan suci ini. Menerima kerajaan Allah (seperti yang dialami oleh para murid) berarti saya harus rela mengubah diri secara utuh dan total. Cara hidup saya harus diselaraskan dengan tuntutan dan cara hidup Yesus sendiri (dari penjala ikan menjadi “penjala manusia”). Dengan demikian, nilai-nilai Kerajaan Allah menjadi nilai tertinggi dalam kehidupan sehari-hari. Perjuangan untuk mewujudkannya menjadi arah hidup yang tidak dapat digantikan oleh apa pun yang lain. Ini adalah Tugas mulia yang harus saya lakukan sekarang dan di sini, “Hic at Nunc”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar