Minggu, 27 Mei 2012

MINGGU BIASA II: Kita Dipanggil Mengikuti Kristus (Oleh: Erick M. Sila)

: Minggu, 15 Januari 2012 Bacaan I : 1 Sam 3:3b-10.19 Bacaan II : 1 Kor 6:13c-15a.17-20 Injil : Yoh 1:35-42 Kita Dipanggil Mengikuti Kristus Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada hari minggu ini Injil mengisahkan kepada kita tentang Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Kita semua yang hadir di sini dipanggil menjadi murid-murid-Nya, dan memang kita sudah menjadi murid-murid Kristus ketika kita dibabtis. Apa yang harus kita lakukan sebagai murid-murit Kristus? Menjadi Kristen itu ternyata tidak mudah. Memang kalau hanya menjadi Kristen-Kristenan atau katolik-katolikan saja itu mudah, tetapi mengikuti Kristus dalam arti yang sebenarnya ternyata tidak gampang. Ada konsekuensi dalam hal mengikuti Yesus. Seperti Yohanes dan Andreas saudara Simon Petrus dalam Injil tadi. Mereka langsung mengikuti yesus tanpa pikir panjang. Mereka tidak memikirkan, rumah, keluarga, kekayaan maupun pekerjaan mereka. Hal ini mau menunjukkan kepada kita bahwa Yesus harus menjadi segala-galanya, karena semua yang kita miliki dan cintai di dunia ini sudah ada di dalam Yesus. Oleh karena itu, untuk dapat mengikuti Yesus, orang harus berani meninggalkan segala sesuatu yang dicintai di dunia ini demi Dia. Bukan hanya rumah, keluarga, kekayaan maupun pekerjaan dan sebagainya, bahkan dirinya sendiri harus ia tinggalkan. Artinya, kita harus lebih mengutamakan kepentingan Yesus, kepentingan Tuhan daripada kepentingan kita dan keluarga kita yang kita cintai. Jadi, bapa, ibu, saudara-saudara yang terkasi dalam Kristus, jangan kita mengartikannya secara harafiah, setelah mendengar Injil ini, sesampainya di rumah lalu Minggat , meninggalkan rumah, keluarga, dan sebagainya. Ajaran Yesus mengandung pengertian, bahwa kita harus mencintai Tuhan dan sesama kita, tentunya termasuk mencintai orang tua, anak, istri, suami dan sebagainya. Tetapi mencintai Tuhan harus berada pada urutan pertama. Oleh karena itu, jika kita memperhatikan salib, kita akan menemukan apa arti dari salib itu. Salib adalah lambang cinta. Cinta dilambangkan dengan salib. Coba kita sejenak memperhatikan salib itu. Kayu yang tegak (vertikal) menunjukkan hubungan cinta antara Allah dan manusia: mencintai Tuhan dengan seluruh tenaga dan akal budi. Kayu yang melintang (horisontal) menunjukkan hubungan dengan sesama: mencinta semua manusia sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Kalau bapa, ibu, dan saudara-saudari perhatikan dengan baik, kayu yang vertikal itu lebih panjang dari pada kayu yang horisontal. Ini berarti bahwa mencintai Tuhan harus mendapat porsi yang lebih banyak atau lebih diutamakan, walaupun mencintai Tuhan itu tidak dapat dilepaskan dari mencintai sesama manusia. Karena salib, antara yang vertikal dan yang horisontal tidak dapat dipisahkan. Bapa, ibu saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, untuk mengikuti Yesus kita tidak boleh berpikir tentang hal yang sulit-sulit. Cukup yang sederhahana-sederhana saja. Cukup dengan kehadiran kita di gereja setiap hari Minggu. Itu sungguh luar biasa. Dalam kesempatan ini juga saya ingin berterima kasih kepada Ketua Dewan Stasi (KDS) dan para pengurus stasi, kepada Asmika, Areka, Mudika dan semua umat stasi ini yang telah banyak berkorban tanpa pamrih dalam memajukan stasi tercinta ini. Semoga dengan ajaran Yesus yang baru saja kita dengar, semakin banyak anggota Gereja yang berani berkorban tanpa pamrih untuk memuliakan nama Tuhan dalam pelayanan di stasi ini. Amin. •Refleksi: Kita semua dan secara khusus saya sebagai seorang calon imam dipanggil untuk mengikuti Yesus. Memang, menjadi pengikut Kristus bukanlah pekerjaan yang sangat mudah. Di sini, dituntut militansi iman. Untuk mengikuti Kristus saya harus berani meninggalkan segala sesuatu yang saya cintai di dunia ini demi Dia. Bukan hanya rumah, orang tua, kakak dan adik, sahabat, bahkan diri saya sendiri harus saya tinggalkan. Segala keegoisan pribadi saya dan sebagainya. Artinya, saya harus mengutamakan kepentingan Yesus, kepentingan Tuhan daripada kepentingan saya dan kepentingan keluarga yang saya cintai. Saya yakin bahwa Yesus lebih mencintai saya dariapada mereka. Kesadadaran akan panggilan Tuhan itulah yang utama. Sadar berarti tahu apa yang dikehendaki-Nya. Sebagai seorang mahasiswa dan juga sebagai calon imam, saya harus mengikuti peraturan yang ada. Peraturan bagi saya bukanlah sesuatu yang terpaksa melainkan sarana bagi saya untuk menemukan diri yang sebenarnya. Terutama menemukan kehendak Tuhan. Maka melalui Injil hari ini, saya semakin sadar akan panggilan Tuhan yang telah saya terima dari-Nya. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi calon imam yang baik di masa depan. Aku yakin Tuhan tidak akan membiarkan saya berjalan sendirian, “Deus Meus et Omnia”.

1 komentar:

  1. sukses saudaraku. wujutkan impian anda, Tuhan pasti membantu sesuai dengan permohonan saudara. by topan taena di japur. konfirm me; 085344016344

    BalasHapus