Minggu, 27 Mei 2012

MINGGU BIASA VII: Dokter Ajaib (Oleh: Eric M. Sila)

Minggu, 19 Februari 2012 Bacaan I : Yes 43:18-19.21-22 Bacaan II : 1 Kor 1:18-22 Injil : Mrk 2:1-12 Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, sakit dan penyakit manusia sebenarnya juga tidak lepas dari dosa; dosa ketidakteraturan hidup, kelalaian, penyelewengan, sakit hati, dendam dan sebagainya. Maka tatkala orang lumpuh, dalam bacaan hari ini, dibawa kepada Yesus, yang pertama dilakukan Yesus adalah mengampuni dosanya. “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni”. Penyembuhan total akan menyusul setelah secara batiniah dan rohaniah kita disembuhkan terlebih dahulu. Akan tetapi, bapa, ibu, saudara-saudari, mengapa para ahli taurat meragukan-Nya? Itu karena mereka belum sepenuhnya menghargai Yesus sebagai guru baru. Mereka memang hadir dan turut menyaksikan bagaimana Yesus mengajar, tetapi hati mereka belum sepenuhnya belum menerima, bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Keraguan itulah yang membuat mereka mempertanyakan kuasa mengampuni Yesus. Yesus mengoreksi mentalitas ini, karena keraguan akan menghantar mereka lebih jauh, yakni tidak menerima sama sekali kehadiran-Nya sebagai kepenuhan janji keselamatan Allah. Para ahli taurat kurang senang mendengar Yesus mengeluarkan kata-kata mengampuni orang tadi. Mereka berpegang pada pendapat bahwa dosa hanya dapat diampuni oleh Allah. Tetapi mereka tidak melihat jalan apa yang dipakai Allah untuk memberi pengampunan. Para ahli taurat menutup pikiran mereka sendiri. Keraguan sering menjadi gerbang menuju dosa ketidakpercayaan. Meragukan kehendak Allah berarti meragukan niat baik-Nya. Padahal keselamatan itu hanya dapat diberikan kepada mereka yang berkehendak bebas. Mari kita lihat iman orang-orang yang membawa orang sakit tadi. Ketika mereka mendapatkan bahwa tidak ada jalan lagi untuk lebih dekat dengan Yesus, sebab banyak orang memenuhi jalan, sehingga orang lumpuh tadi tak dapat masuk. Maka, mereka mulai membongkar atap. Tidak kita ketahui siapa orang-orang itu. Tetapi Markus memberitahukan kepada kita bahwa Yesus “Melihat iman mereka” (ay. 5). Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah Markus hendak mengatakan bahwa iman orang-orang yang membawa si lumpuh itulah yang mendatangkan kesembuhan bagi si lumpuh? Jawabannya adalah ya. Lebih menarik lagi bila diamati bahwa dalam kisah ini sebenarnya Yesuslah yang menghubungkan iman orang-orang tadi dan keadaan si lumpuh. Ia melihat iman empat orang ini. Yesus menyapa orang lumpuh tadi denga kata “Nak!”. Ini merupakan nada yang penuh pengertian. Yesus menyapa orang yang tak bisa berjalan, kemanusiaan yang tak utuh, ciptaan yang cacat. Di sini iman keempat orang tadi membuat Yesus bisa mengatakan kepada si lumpuh bahwa kekuatan-kekuatan yang mengikat dan melumpuhkan itu bisa disingkirkan. Oleh siapa? Tak usah tergesa-gesa kita katakan oleh Yesus. Memang Yesus adalah Sang dokter ajaib, namun yesus melihat iman mereka Akan Allah. Iman itulah yang mulai melepaskan ikatan-ikatan dosa tadi. Solidaritas iman menjauhkan kekuatan-kekuatan jahat. Melihat kesembuhan si lumpuh, orang-orang takjub dan mengucapkan terpujilah Allah, seruan yang juga mengungkapkan rasa lega. Mereka juga mengalami kemerdekaan yang kini dinikmati oleh si lumpuh tadi. Maka, setelah mengampuni dosanya, Yesus mengatakan, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang lumpuh yang disapa itu pun sembuh dari kelumpuhannya. ‘Bangunlah’ berarti ‘bergeraklah’ atau ‘berjalanlah’. ‘angkatlah tempat tidurmu’ berarti kerjakanlah atau laksanakanlah apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabmu. ‘pulanglah ke rumahmu’ berarti kembali ke tugas pokok, panggilan, jabatan, fungsi yang telah anda terima, jangan menyeleweng atau memberontak, melainkan setialah. Peristiwa Injil hari ini kiranya mengingatkan kita akan bahaya iman tersebut. Amin. • Refleksi: Seperti ahli-ahli taurat, kita sering ragu akan panggilan Tuhan. Pertanyaan yang sering menggema di hati saya adalah apakah saya layak menjadi pekerja di kebun anggurnya? Pertanyaan ini perlahan - lahan mulai terjawab walaupun belum 100%. Dalam kehidupan sehari-hari, saya merasakan bahwa Tuhan benar-benar memanggil saya. Melaui studi, karya, kerasulan, doa bersama, dan doa pribadi, saya menemukan ada sesuatu kekuatan lain yang saya sendiri tidak mengerti. Segala tugas itu berjalan dengan lancar tanpa hanbatan apapun. Ini saya rasakan sebagai anugerah dari Tuhan. Berdasarkan pengalaman yang saya alami di atas, saya mulai sadar bahwa Tuhan benar-benar memanggil saya. Walaupun demikian, saya harus tetap berusaha. Melakukan segala tugas dengan senang hati dan tidak lupa berdoa. ini adalah komitmen yang saya buat demi tugas mulia itu. Doa adalah kekuatan bagi saya. Dalam doa pribadi maupun bersama, saya kembali diteguhkan dan dikuatkan. Melalui bacaan hari ini, saya kembali disadarkan untuk melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabmu saya sebagai calon imam. Melalui kalimat ‘Pulanglah ke rumahmu’ saya disadarkan untuk kembali ke tugas pokok, panggilan, yang telah saya terima, jangan menyeleweng atau memberontak, melainkan setialah. Inilah perintah Tuhan bagi sauya yang harus saya lakukan sekarang dan disini tanpa menunda-nunda waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar